Sabtu, 25 Juli 2009

SUBLIMASI PARODI RUTINITAS



“The individual, in our society, worksfor profit; but the social purpose of his worklies in the consumption of what he produces.It is this divorce between the individual andthe social purpose of production that makesit so difficult for men to think clearly in aworld in which profit-making is the incentiveto industry.”-- Bertrand Russell (1872-1970)

Rekreasi, berlibur dan meluangkan waktu bersama teman atau mungkin kekasih kalian,setelah merasakan kepenatan dalam rutinitas kerja. Tentu saja, hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat dirindukan dalam eramodernitas saat ini. Para pekerja seakan menganggap hal ini, layaknya sebuah momendi mana mereka dapat terlepas dari“lingkaran setan” rutinitas kerja. Suatu momen di mana mereka menganggap bahwa waktu luang tersebut seakan-akan menjadi sebuah masa kebebasan dari “rantai-rantai” dunia kapital yang membelenggu hidup,walaupun mereka sendiri sadar bahwa haltersebut hanyalah untuk sementara saja.Sebab esok hari mereka harus kembali lagi melakukan rutinitas yang sama.

Kita seakan melihat bahwa semuarutinitas ini menjadi satu hal yang wajar. Seorang teman malah pernah bilang sepertiini,

“yah...rutinitas ini memang membosankan, tapi toh...saya kan nggak kerja terus-terusan, waktu libur saya, kan,tetap bisa saya manfaatin buat ngehilangin kebosanan yang kamu maksud. Saya bisa pergi rekreasi, tetap bisa hang out, nonton, belanja ke mall, atau pergi ke diskotik bersama teman saya.”

Ho-ho-ho... what a beautyfull world that we live in. Hal ini seakan menjelaskankondisi yang ada pada saat ini, bahwa kitamelihat seakan-akan segala rutinitas membosankan yang dilakukan sebagai sebuah kewajaran. Sekalipun pada dasarnya kita sadar bahwa semua itu memang amatlah sangat membosankan. Namun, mekanisme dunia industrialisasi serta komoditas selalu punya sejuta cara menggiurkan untukmengaburkan kemerosotan yang terjadi pada saat ini.

Roda dari dinamika internal dunia produksi dan konsumsi selalu punya cara untuk membuat “hewan-hewan gembalaannya” tetap berada di jalur dunia kapital. Waktu luang yang ada dalam rutinitaskerja tak pernah menjauhkan para pekerjadari dunia komoditas. Pada kenyataannya,waktu luang ditransformasikan lagi menjadisebuah bentuk komodifikasi. Dengan kata lainwaktu luang itu sendiri adalah merupakanproduk dari mekanisme produksi dan konsumsi, sebuah blueprint bagi kehidupanmanusia yang dimateraikan oleh perputaranroda dunia kapital.
Kebosanan yang dirasakan olehseseorang dalam lingkungan kerjanya, tentusaja menjadi sebuah isyarat yang buruk bagimekanisme pasar, dan salah satu cara untukmengaburkan hal tersebut adalah denganmenggiring mereka (pekerja) dalam “mimpi-mimpi”komoditas dengan segala hal yangbegitu “berkilauan” yang ada di dalamnya.“Ilusi” akan waktu luang merupakan carauntuk menghipnotis setiap pekerja, sehinggajika mereka kembali melakukan rutinitaskerja yang (tentu saja...!) telah dijadwalkan,mereka tetap berada dalam kondisi yangsegar, sehat, dan ceria. Perputaran dan setiapperulangan ini tentu saja tak pernah lepas darimekanisme komoditas. Semua ini seakanmembuat kita berpikir bahwa tak pernah adajalan untuk keluar dari perputaran rutinitasini, bahwa kita harus menerima semua inisemata-mata sebagai suatu kewajaran.

Menjadikan kehidupan yangmengisolasi ini menjadi suatu hal yang patutuntuk disakralkan, adalah sebuah sejarahyang muram dari peradaban manusia. Dimana setiap orang memainkan peranan yangsama dan dalam arahan yang sama pula,dalam sebuah mekanisme perbudakan duniakomoditas. Dalam kondisi schizofrenik ini,aktifitas kerja dari para pekerja itu sendirimemiliki satu substansi tertentu. Namun,mereka tak memiliki kebebasan, sebaliknyadalam waktu luangnya, mereka memilikikebebasan, namun tanpa substansi apa pun.

Waktu luang yang diperuntukkan bagipara pekerja untuk menghilangkan kelelahanserta mereduksi seminimal mungkin rasabosan yang dialami, merupakan waktu kosongyang diperuntukkan bagi kepentingan kerjaitu sendiri. Satu-satunya perbedaan antarabekerja dengan waktu luang adalah, bahwajika bekerja paling tidak kamu dibayar untukketerasingan dan rasa lelah yang kamu alami.
Kesenangan yang didapatkan di dalammekanisme pasar dan komoditas menjadijauh lebih membosankan daripada rasa bosanyang didapatkan pada waktu memproduksiproduk-produk tersebut. Hasrat untukbersenang-senang didefenisikan dalam duniakomoditas sebagai kesenangan dalammengonsumsi. Sebuah kebebasan abstrakdalam wilayah orbit suatu perolehan profitmaksimum. Efek yang mengerikan, kinimenyebar dan memasuki setiap “celah-celah”mimpi sekalipun, mereduksi setiap gairahuntuk bersenang-senang menjadi “sesosokmonster” yang bernama komoditas. Orientasipasar yang berupa profit menciptakan peranbagi “parodi” ini. Mentransformasikan hidupsetiap pelakunya dalam bentuk komoditas.

Rutinitas kerja keseharian yang kompleks, terutama yang terjadi dalammasyarakat di kota-kota besar, tentu dirasakan sangatlah membosankan. Dan dalam waktu luangnya, maka para pelaku mekanisme pasar ini memanfaatkan waktu yang tersedia tersebut untuk menghilangkankepenatan mereka dengan mencari kesenangan. Namun, kesenangan tersebutmelahirkan bentuk komodifikasi yang lainlagi: setelah memproduksi maka selanjutnya mengonsumsi. Inilah mata rantai yang demikian eratnya membelenggu keseharian hidup manusia.

Lihat saja di sekeliling kalian, industrialisasi hiburan kini makin menjamur di mana-mana, menjadi satu lahan bisnis yang sangat menarik. Mulai dari para investor asing hingga birokrat-birokrat lokal punberamai-ramai mulai “menambatkanjangkarnya” di lahan bisnis industri hiburan ini. Hal ini tentu tak pernah lepas dariperanan media yang dengan sangat gencar mempropagandakan “parade” komoditas ini. Memberikan standarisasi nilai hidup yangsangat menggiurkan, yang pada kenyataannya hanya menjadi satu bentuk kebosanan yanglain lagi.

Setiap pilihan yang ada dalam kilaudunia komoditas, menyediakan setiap pilihanyang pada intinya merupakan manifestasikehidupan manusia yang pasif, danmematikan setiap gairah hidup manusia. Kiniapa yang menjadi pilihan kalian?Menghabiskan waktu di depan televisi selamaseharian di waktu libur; mengisolasi dirisendiri di depan layar kaca sambil menelanmentah-mentah setiap propaganda iklan yangada di dalamnya; atau malah menghabiskanratusan ribu; atau lebih untuk bersenang-senang bersama teman dan relasi bisnis;ngobrol hal-hal yang masih juga berhubungandengan urusan bisnis di dalam diskotik, danpulang ke rumah masing-masing dalamkeadaan mabuk parah. Tertidur hingga esok hari untuk kemudian memulai rutinitas kerja,yang masih saja sama dengan hari-harisebelumnya: dengan kelelahan, kepenatan,dan tentu saja, masih dengan rasa bosan yangtetap saja sama.

Semua aktivitas yang dilakukan dalamdunia komoditas ini memang memilikiperbedaan dalam pelaksanaannya namunesensinya tetap saja sama, yaitu kebosanandan keterasingan yang abadi. Dalam duniakomoditas kebebasan hanyalah suatu ilusi,yang memparodikan sebuah ilusi akankebebasan dengan mengonsumsi. Jika gairahhidup manusia telah mati, maka kini apa lagi yang masih berarti dari kehidupan itusendiri? []

(Thomas - partisipan Idefix)

TENTENG TUHAN

lagi iseng baca-baca blog dan sedikit ngantuk, tiba-tiba aku nemuin tulisan tentang TUHAN yang aku dapat dari sini, alhasil ngantuk langsung ilang, karena tulisan tentang TUHAN ini sangat menarik ( menurutku ), yang ditulis oleh Soe Tjen Marching, seorang feminis kelahiran Surabaya, 23 April 1971 dan saat ini ia menjabat sebagai penasehat sekolah Mandala di Surabaya.

Silahkan kalian simak :

TUHAN
Kalau Tuhan benar-benar ada, maka sudah seharusnya dia dimusnahkan,
kata seorang filsuf Rusia Mikhail Bakunin. Tuhan yang menyerang Jemaah
Ahmadiyah dan Tuhan yang saya pelajari di bangku sekolah membuat saya
mengamini Bakunin. Tuhan, yang harus ditulis dengan huruf besar
sebagai tanda keagungan-Nya. Tuhan yang lelaki, atau paling tidak yang
mempunyai kekuasaan patriarki, dan yang membuat mulut bocah saya
terbungkam ketika hendak melontarkan pertanyaan: “Mengapa perempuan
tidak bisa menjadi pastor?”

Namun, mengapa manusia mempercayai Tuhan yang seperti ini?
Ketercengangan, kebingungan dan keresahan manusia akan alam terkadang
menuntunnya untuk mencari Yang Maha Kuasa�. Karena itulah, manusia
sempat menyembah gunung, matahari atau cahaya apa saja dari langit.
Karena bagi mereka, Tuhan tidak lain dan
tidak bukan adalah Yang paling ditakuti�. Kepercayaan pada yang maha
kuasa memang sering didasarkan pada ke-egoisan.


Karena manusia ingin diselamatkan, diberkahi dan diberi rejeki yang
melimpah dari yang disembah, mereka bahkan mencoba menyogok Tuhan
dengan sesaji. Tidaklah heran bagi manusia seperti ini, Tuhan adalah
diktator yang selalu menuntut.
Tuhan yang pencemburu, yang begitu murka ketika manusia melupakanNya.
Keberadaan Tuhan seperti ini begitu tergantung pada manusia. Dengan
kata lain, dia serupa dengan manusia yang menyembahNya: sebuah
keberadaan yang menuntut dan tidak mandiri. Yang tak rela diduakan. Yang selalu
tergantung pada elu-eluan penyembahnya. Tuhan dengan krisis identitas.

Dan tidaklah heran, bila Tuhan semacam ini dapat ditemukan dalam sosok
pemerintah otoriter: pada Firaun Mesir yang mengaku sebagai utusan
Tuhan, dalam sosok Kaisar Jepang yang menjadi wakil Yang Maha Tinggi,
atau pada pemerintah Kerajaan Inggris kuno. Bahkan juga dalam pejabat tinggi
negara kita yang memaksa para warganya untuk menulis agama mereka. Dan dalam
keroyokan yang mengamuk, merusak dan
menyerang insan-insan yang tak mempercayai Tuhan tertentu.

Tuhan seperti ini menjadi simbol patriarki, yang melahirkan dualisme
tajam: Yang Kuasa dan pengikutNya. Namun, ambisi manusia untuk memuja
terkadang sama besarnya dengan ambisinya untuk dipuja. Karena itulah,
Tuhan dan pengikutnya seringkali menjadi cermin yang memantulkan
persona yang sama. Dan karena itu pula, si pengikut dapat berlaku
seperti Tuhan mereka: penghukum yang tak kenal
ampun. Bahkan lebih parah, karena dalam si pengikut, apa yang abstrak
dan menjadi metafor, dapat menjadi nyata dalam tindakan mereka. Apa
yang menjadi kata, tiba-tiba menjadi kekejaman yang mengakibatkan
tangis dan membawa mangsa.

Penggambaran Tuhan sebagai Yang Maha Tinggi, Yang Maha Esa, seakan
tidak lain adalah cara manusia untuk menjadi narsis. Karena gambaran
seperti inilah yang
memberi kesempatan manusia untuk memahkotai diri mereka sendiri dengan
gambaran yang begitu melambung dan dilambungkan.
Kemarahan para pengeroyok terkadang disebabkan oleh kekecewaan narsis
mereka. Ketika Tuhan mereka digambarkan berbeda, ketika kelompok lain
menawarkan interpretasi yang berlawanan dari ide mereka, ketika
manusia layaknya Musdah Mulia (yang membela LGBT) atau Ahmadiyah yang
mempunyai pandangan baru� tentang Tuhan, ego pengeroyok inilah yang
telah tersakiti. Karena pada saat
itu, para narsis ini tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa harapan
mereka tak akan pernah sampai. Narsis yang tidak siap untuk merombak
keyakinan mereka atau
paling tidak mendengar keyakinan yang lain. Namun, narsis yang marah
karena kekecewaan. Karena Tuhan mereka tidaklah selalu benar, besar,
dan kekar.

Inilah salah satu alasan yang membuat atheis meninggalkan Tuhan. Bagi
banyak atheis, hanyalah dalam sains-lah kebenaran dapat diungkap.
Dengan bukti dan akal. Namun, sains sendiripun seringkali relatif dan
dapat disanggah: Teori Newton dipatahkan oleh Einstein yang menawarkan
teori relativitas. Teori Einstein ditentang lagi oleh Neils Bohr yang
menyatakan bahwa teori Einstein tidak cukup relative karena Einstein
luput mengindahkan karakter kuantum mekanik
yang tak pernah konstan, dan yang selalu terpengaruh oleh
subyektifitas sang peneliti. Neils Bohr-pun disanggah lagi oleh
Everett, dan seterusnya dan
seterusnya. Memang, dalam pencariannya akan kebenaran, manusia tak
pernah dapat menemukan jawaban akhir yang pasti.

Dan bukankah pencarian akan Tuhan dapat dibandingkan dengan pencarian
dalam sains? Karena keduanya menyiratkan pertanyaan-pertanyaan akan
keberadaan, kehidupan dan asal galaksi kita, dan asal kita sebagai
manusia.

Karena bila kita berani untuk mencari dan mencari lagi akan kebenaran,
kita akan ditarik pada labirin yang berlapis dan tiada habisnya. Dalam
pusaran-pusaran teori, tanya, jawab dan kebimbabangan, yang di
dalamnya selalu ada jurang begitu
dalam yang belum pernah kita lihat. Yang tak akan dapat kita kunjungi.
Namun, hal inilah yang terkadang membuat saya terus mencari dan mencari.

Pada suatu renungannya akan Tuhan, Einstein menyatakan bahwa ada suatu
keindahan yang tiada tara�, yang tak pernah dapat kita mengerti.
Sesuatu yang membuat kita tersentuh dan beriman. Dan karena
ketidak-mengertian inilah, Einstein terus mencari.
Memang, ketidak sabaran akan jawaban yang serba cepat, keinginan untuk
mengambil jalan pintas dan ambisi akan kekuasaanlah yang dapat
menuntun manusia untuk
merumuskan Tuhan yang satu, yang kaku. Walaupun di dunia ini, terdapat
bermacam-macam Tuhan. Beberapa teks bahkan sempat menyebut lebih dari
200 tuhan dalam sejarah dunia.
Dan di dunia yang serba dinamik, yang terus bergerak dan menari dalam
segala getarannya, bagaimana Tuhan dapat menjadi begitu statik:
berhenti dan terpaku dalam suatu zona tempat dan waktu? Dalam sebuah
dogma yang membuahkan amarah? Tuhan yang dilahirkan oleh dogma adalah
Tuhan yang mati. Tuhan yang dapat dibunuh oleh para atheis. Tuhan yang
telah saya bunuh.

Karena seharusnya, pencarian akan Tuhan selalu membawa kita pada
ketidak-tahuan. Pada pertanyaan. Dan terkadang, kebingungan. Karena
itu, kita harus siap tidak
saja untuk menemukan keindahan yang tiada tara�, namun juga kekecewaan..
Karena pencarian akan Tuhan adalah tidak lain dan tidak bukan
pencarian akan esensi kita, keberadaan kita. Esensi kita yang tak
terlihat namun ada. Esensi
yang begitu dekat, namun tak dapat dimengerti. Karena itulah Chuan Tzu
berkata: “Kita berkata ˜aku˜, namun tahukah kita siapa dan apa artinya
˜aku?”.

Dan segala kebingungan, segala tanya, di antara yang ada dan tanpa,
saya dapat berkata: Saya tidak percaya akan Tuhan. Namun saya percaya
akan tuhan. tuhan yang tak berkelamin, yang tak semena-mena, yang tak
maha tinggi dan yang tak maha Esa. Dalam tuhan yang seperti ini, saya
dapat bertakwa.

(**Soe Tjen Marching, penulis buku The Discrepancy between the Public
and the Private Selves of Indonesian Women diterbitkan oleh the Edwin
Mellen Press).

Minggu, 19 Juli 2009

Berteduh

Seperti mengharapkan pohon menjadi payung di tengah hujan deras. Alih-alih menjadi payung, bahkan kebesarannya dapat menimpaku dengan kejam

“Apa yang kau harapkan dari kekagumanmu terhadapnya?” tanyaku kepadaku.
Ku tak bisa menjawab. Kemudian ku mati.

Tak pernah bisa ku menjelaskan perkara ini. Hal yang sama sekali sulit untuk ku mengerti bahwa sebenarnya kehendak nafsu lebih besar daripada kehendak diri. Semestinya, manusia adalah makhluk material, namun aku yakin dari balutan kematerialannya, ia adalah bertujuan ideal.

Jumat, 17 Juli 2009

TUJUH DUSTA TENTANG PERADABAN

Ryan Prieur

1. Kemajuan.
Kebohongan tentang “kemajuan” tidak hanya bahwa hal itu bagus, atau yang tak terelakkan, tapi agar ia eksis, dimana hal tersebut senantiasa kita alami layaknya seperti sebuah garis lurus, dengan satu arahan yang sama, tak berbatas, dengan segala perubahan nilai positif yang tekandung di dalamnya. Kekuatan berpikir kita merasa, karena “kemajuan” adalah pusat kebohongan kebudayaan kita dan di situ ilusi-ilusi serta fantasi-fantasi mengenai itu yang berada di mana-mana:

Ada sebuah sistem yang dipelajari, dimana kita berangkat dari derajat yang “rendah” ke “derajat” yang tinggi – tetapi kenaikan ini tidaklah nyata, hanya cerita yang mereka ceritakan, dan perubahan itu hanya membuat kita tetap baik dalam dominasi sistem, sebagaimana kita menjual pengalaman untuk cerita yang kaku, naluri untuk intelek, perbedaan atas keseragaman, kebebasan atas kepatuhan, dan spontanitas atas kemungkinan. Kemudian terdapat sistem upah tenaga kerja, dimana kita seharusnya memulai dari posisi “rendah” ke posisi “tinggi”, tetapi beberapa dari yang kita lakukan, dan bagaimana pun “tinggi” hanya berarti dominasi sistem mempunyai sebuah pegangan yang ketat pada perhatian kita, penilaian kita, jiwa kita. Kemudian, sejarah teknologi, dimana perubahan mengumumkan “kebajikan” ketika pengaruh mereka malah membangkitkan kekuatan transformatif kita atas dunia, sementara itu secara bersamaan juga meningkatkan jarak emosional kita atau membuat kita lebih tergantung pada para spesialis, atau melingkupi manusia lebih dan lebih dengan segala hal yang diciptakan oleh manusia itu sendiri, sebuah proses oleh Jerry Mander yang diidentifikasi sebagai sesuatu yang terbentuk dari dalam secara fisik. tempat terdalam yang masih membentuk kita dari dalam adalah dunia permainan komputer, sebuah permainan yang hampir tanpa pengecualian terbentuk di dalam pada mitos mengenai kemajuan, melatih kita untuk mampu mengatur sendiri dopamin bagi visi yang berkaitan dengan kekuasaan pernah meningkatkan kekuasaan, dan kemudian membiarkan kita memeroleh "kemenangan" begitu saja bukannya memerlihatkan kepada kita bagaimana cerita semacam ini benar-benar berakhir. Dalam kenyataan, tak ada satu pun yang mutlak "lebih baik" namun hanya merubahnya dalam relasinya sendiri, dan perubahan dalam relasi tersebut menukarkan kepekaan dan bentuk kolaborasi bagi diskoneksi dan dominasi tidaklah berubah namun hanya tidak dapat dicegah lagi, bukanlah sebuah proses yang tak terbatas namun bentuk pembatasan diri, bukan pula suatu hal yang positif melainkan destuktif.


2. Evolusi
Dalam hal ini tak ada perselisihan mengenai catatan fosil, yang mana dalam bentuk kehidupan di dunia telah mengubah banyak zaman. Ada suatu kebohongan terkait dengan proyek mitos mengenai “kemajuan” yang tekandung dalam perubahan tersebut, untuk mendeklarasikan bahwa mereka sedang menuju pada satu arahan yang sederhana, searah, dan senantiasa menjadi “lebih baik”. Hal ini adalah suatu argumen yang berputar-putar (sirkuler), dimana kegilaan secara kolektif (gangguan jiwa) tersebut kemudian merusak kedoknya sendiri secara biologis untuk kemudian menjadi sebuah bentuk pembenaran diri.

DALAM KENYATAANNYA PERUBAHAN BIOLOGIS TERSEBUT TIDAKLAH SAMA DENGAN DUSTA TENTANG �GKEMAJUAN�H-MEREKA MENUJU KE SEGALA ARAH, SEIRING DENGAN KENAIKAN DAN PENURUNAN POPULASI, ORGANISME MENJADI LEBIH BESAR DAN LEBIH KECIL, DAN BERGERAK DARI DALAM AIR KE DARATAN DAN KEMBALI KE AIR. DAN TAK ADA YANG MENJADI LEBIH 'BAIK" KECUALI SPESIS YANG MAMPU BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN MEREKA, DAN DALAM ABSENNYA BENCANA, TOTALITAS KEHIDUPAN MENJADI LEBIH BERANEKA RAGAM DAN JAUH LEBIH KOMPLEKS.

Tetapi dalam dua jalan tersebut, manusia beradab justru melakukan hal yang sebaliknya! Kita justru tidak beradaptasi terhadap dunia luas tapi malah memutarbalikkan kenyataan tersebut agar sesuai dengan keinginan kita sendiri, bahkan memutarbalikkan semuanya agar bersesuaian dengan fantasi kultural kita yang dangkal. Dan kita malah tidak mengalami peningkatan atau pun penurunan dalam segi keberagaman serta kompleksitas secara keseluruhan, dengan membawa spesies menuju pada kepunahan dan kemusnahan atau mengasimilasikan masyarakat manusia dalam satu keseragaman monokultur global. Jadi dengan apapun kau menyebut sejarah biologis dunia, peradaban bukanlah sebuah perpanjangan dari hal tersebut tetapi sebuah penolakan terhadapnya, sebuah malapetaka.

3. SEGALA SESUATU ADALAH ALAMIAH
DENGAN BAHAGIA SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT MENGAKUI HAL INI SEBAGAI SEBUAH GANGGUAN FILOSOFI-PALSU (PSEUDO-PHILOSOPHICAL) YANG TERAMAT BODOH, TETAPI BAGAIMANAPUN JUGA SAYA TETAP AKAN MENJATUHKANNYA. ARGUMEN YANG TERSISA PADA WILAYAH SEMANTIK YANG TERDISTORSI, SEBUAH REDEFENISI TERHADAP YANG “ALAMIAH” GUNA DAPAT MENAMPUNG SEGALA SESUATUNYA, KARENA AKU (MANUSIA) BERKATA DEMIKIAN. PERADABAN ITU ALAMIAH KARENA MANUSIA ADALAH BINATANG, PEMBUANGAN LIMBAH BERACUN ADALAH HAL YANG ALAMIAH KARENA SEGALA HAL TERSEBUT BERASAL DARI BUMI, DAN DEMIKIAN SETERUSNYA........ BLA BLA BLA.

MASYARAKAT YANG SEBENARNYA TIDAK MENGGUNAKAN KATA “ALAMIAH” PADA JALAN INI. MUNGKIN ADALAH SUATU HAL YANG "ALAMIAH“ JIKA AKU MENGAMBIL TONGKAT DAN MENGHANTAMKANNYA DI KEPALAMU, TAPI KAMU AKAN LEBIH SUKA JIKA SAYA TIDAK MELAKUKANNYA, MAKA KAMU PUN MULAI MEMBERI DEFENISI TERHADAP KATA-KATA SEPERTI “MEMBUNUH/MERUSAK” UNTUK MENGUNGKAPKAN DAN MEMPERTAHANKAN HAL YANG KAMU SUKAI. DALAM CARA YANG SAMA, MASYARAKAT MENDEFENISIKAN YANG “ALAMIAH” GUNA MENGEKSPRESIKAN DAN MEMPERTAHANKAN PILIHAN YANG MEREKA SUKAI ATAS HIDUP BERBAGAI PEPOHONAN YANG DIGANTIKAN DENGAN POHON-POHON PLASTIK, PADANG RUMPUT BERGANTI MENJADI LAHAN PARKIR, SUNGAI-SUNGAI YANG AIRNYA DAPAT DIMINUM MENJADI SUNGAI-SUNGAI YANG MENGANDUNG DIOXIN. INILAH APA YANG SAAT INI DIMAKSUDKAN YANG "ALAMIAH", DAN APABILA KITA TAK INGIN MATI KARENA KANKER DAN MENJADIKAN BUMI MENJADI GURUN PASIR BERACUN, KITA PUNYA SEBUAH TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMBAHASAKAN KETERPISAHAN YANG ALAMIAH DARI YANG TIDAK ALAMIAH DAN MEMILIH YANG ALAMIAH DALAM ARTIAN YANG SEBENARNYA.

JIKA KAMU MENGINGINKAN SEBUAH DEFENISI YANG SPESIFIK, KEKAYAAN ALAMIAH PADA DASARNYA BERASAL DARI POLA SIMBIOSISNYA DENGAN ALAM, DAN ALAMI BERSUMBER DARI POLA SIMBIOSIS KEHIDUPAN DI BUMI SECARA KESELURUHAN, SEMENTARA POLA SIMBIOTIK BERARTI HUBUNGAN YANG SECARA MUTUAL SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN, DIMANA SIFAT YANG SALING MENGUNTUNGKAN LEBIH DIUTAMAKAN. MENDEFENISIKAN "SALING MENGUNTUNGKAN" MENDORONG SEGALA BATASAN DARI KETERBATASAN BAHASA KITA, NAMUN DALAM HAL INI SAYA LEBIH SEPAKAT UNTUK MENYEBUTNYA SEBAGAI CARA UNTUK MEMBANGKITKAN KEHIDUPAN YANG OTONOM SERTA KEBERAGAMAN BENTUK KEHIDUPAN. NAMUN APABILA KAMU MASIH BELUM MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN SEBENARNYA, MAKA BERUSAHALALAH UNTUK MENCARINYA LEBIH GIAT LAGI...BODOH.....ANJIIIING EDAN....KEPARAT...MUSNAHLAH...KALIAN SEMUA......!!!


4. TEKNOLOGI ITU NETRAL.
DALAM SEGALA KEBOHONGAN TENTANG PERADABAN, YANG SATU INI ADALAH YANG PALING TERSEMBUNYI DAN MEMBAHAYAKAN, PALING MENANTANG UNTUK MEMBUKTIKAN KESALAHAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA, SATU YANG SANGAT TIMPANG DALAM PEMAHAMAN MASYARAKAT YANG JUSTRU SANGAT DIKENALI DENGAN LEBIH BAIK OLEH MASYARAKAT ITU SENDIRI. KEBOHONGAN BESAR SEMACAM ITU SANGAT SULIT UNTUK DIPAHAMI. SEBUAH POIN REFERENSIAL TERSENDIRI DAN SANGAT SULIT UNTUK KELUAR/MELEPASKAN DIRI DARINYA. UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI HAL TERSEBUT BUKANLAH MENGENAI MASALAH BELAJAR MENYEDERHANAKAN ARGUMEN NAMUN INI BERKAITAN DENGAN BAGAIMANA BELAJAR UNTUK MENGENALI SEGALA PERBEDAAN SECARA KESELURUHAN SERTA CARA BERPIKIR YANG JAUH LEBIH KOMPLEKS LAGI.

KEBOHONGAN TERSEBUT MEMILIKI DUA BENTUK YANG JUSTRU MENGABURKAN KEDUANYA. SALAH SATU DARI KEDUA BENTUK TERSEBUT MENGATAKAN BAHWA TEKNOLOGI SEBAGAI SATU BAGIAN DARI KESELURUHAN ADALAH "NETRAL", DIMANA "TEKNOLOGI" MUNGKIN SAJA SECARA SAMAR-SAMAR DIDEFINISIKAN SEBAGAI TEKNOLOGI INDUSTRI MODERN. BENTUK YANG LAIN MENGUNGKAPKAN BAHWA TIAP BAGIAN TEKNOLOGI ADALAH NETRAL. STRATEGI SAYA UNTUK MENYERANG BENTUK YANG KEDUA DAN MEMBUAT BENTUK YANG PERTAMA TERLIHAT MENYEDIHKAN ADALAH DENGAN MENYATAKAN BAHWA TAK ADA BAGIAN DARI TEKNOLOGI YANG NETRAL, BAHWA TIAP TEHNIK, TEKNOLOGI, DAN MESIN MEMILKI MOTIF DAN HUBUNGAN-HUBUNGAN TERSENDIRI.

PERTAMA, SAYA INGIN MENGUNGKAPKAN "KEANEHAN" KEBOHONGAN YANG BERKAITAN DENGAN DEFENISI YANG "NETRAL" SECARA INTERNAL. SESUATU DISEBUT NETRAL JIKA KAMU DAPAT MENCERITAKAN BAGAIMANA HAL TERSEBUT MEMBAWA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN. KAPAN KITA PERNAH PERNAH MENGGUNAKAN DEFENISI INI DALAM KEHIDUPAN YANG SESUNGGUHNYA? APAKAH KITA BISA MENGATAKAN BAHWA PEMBUNUHAN BERANTAI SEORANG PRIA ADALAH NETRAL KARENA PEMBUNUHAN TERSEBUT MEMERKOSA DAN MEMBUNUH WANITA HANYA DISEBABKAN OLEH WANITA TERSEBUT ADALAH SEORANG PENAGIH UTANG DAN PADA LAIN HAL PRIA TERSEBUT MEMILIKI PERANGAI YANG BERSAHABAT PADA ORANG DISEKELILINGNYA? JIKA KAMU BEKERJA DALAM SUATU PABRIK TIAP HARINYA UNTUK BELAJAR BAGAIMANA MENYABOTASE PADA MALAM HARI, APAKAH KAMU BERADA DI PIHAK YANG NETRAL PADA PABRIK TERSEBUT KARENA PADA SAAT YANG SAMA KAMU MENOLONG SEKALIGUS MENYERANGNYA? TENTU TIDAK! AKAN TETAPI PERTANYAAN-PERTANYAAN TERSEBUT ADALAH HAL YANG SAMA DENGAN ARGUMEN MENYEDIHKAN YANG DIGUNAKAN ORANG-ORANG UNTUK MENDEKLARASIKAN KENETRALAN TEKNOLOGI: TELEVISI ITU NETRAL KARENA TV TIDAK HANYA MEMBUAT KITA SEBAGAI KONSUMEN PASIF DARI SUBJEK KESERAGAMAN BUDAYA YANG BERADA DI BAWAH SATU PUSAT KONTROL, NAMUN HAL INI DAPAT MEMANCARKAN INFORMASI YANG BERGUNA. BENDUNGAN ITU NETRAL KARENA SEMENTARA MEREKA MENENGGELAMKAN EKOSISTEM DAN MEMBUAT IKAN-IKAN TIDAK BISA KEMANA-MANA, MEREKA JUGA MENGHASILKAN LISTRIK LEWAT BENDUNGAN. BAHKAN BOM ATOM SEKALIPUN ADALAH NETRAL JIKA KITA BISA MEMBAYANGKAN SUATU CERITA COCKAMAMIE TENTANG BETAPA BAIKNYA CERITA TERSEBUT.

PENIPUAN/KEBOHONGAN PADA LEVEL SELANJUTNYA ADALAH MENGATAKAN BAHWA "CARA KITA MENGGUNAKAN" TEKNOLOGI ADALAH HAL YANG PENTING. SEBAGAI MISAL, MOBIL ITU NETRAL KARENA KAMU BISA MENGGUNAKANNYA BERPINDAH DARI SATU TEMPAT KETEMPAT YANG LAIN, ATAU DENGAN SENGAJA MEMBAWA LARI SESEORANG. NAMUN SEBAGAIMANA YANG DINYATAKAN OLEH JAQUES ELLU, BAHWA PERNYATAAN TERAKHIR YANG DISEBUT BUKANLAH MENGENAI MASALAH KEGUNAAN--NAMUN HAL INI ADALAH SUATU KEJAHATAN. MENYEBUTNYA SEBAGAI SESUATU YANG BERGUNA DAPAT MENJERUMUSKAN PANDANGAN KITA KEDALAM RUANG ARTIFISIAL ANTARA PENGGUNAAN MOBIL SECARA NORMAL DAN KEJAHATAN, DAN BUKANNYA MENGEMBALIKANNYA PADA INTI PERMASALAHAN YANG SEBENARNYA --BERADA TEPAT DI TENGAH-TENGAH BIAS YANG EKSTRIM DALAM PENGGUNAAN MOBIL SECARA UMUM.

BAHKAN JIKA KITA MENGABAIKAN EKSPLOITASI DARI "RESOURCES," PERGESERAN ATAU PEMBUNUHAN MASYARAKAT ADAT, DAN PEMBUANGAN RACUN YANG MENJADI KEHARUSAN PABRIK MANUFAKTUR DAN BAHAN BAKAR MOBIL, BAHKAN JIKA KITA MENGABAIKAN JUTAAN BENTURAN YANG MEMATIKAN SERTA MENIMBULKAN KEBOCORAN YANG BERACUN, DAN KITA HANYA MELIHAT MOBIL SEBAGAI ALAT-ALAT MASYARAKAT KONSUMSI, MAKA KITA MASIH BISA MELIHAT DAMPAK BURUK YANG BISA TERJADI LAGI.

DENGAN MEMINDAHKAN KITA DARI ATAU TEMPAT KE TEMPAT LAINNYA DENGAN BEGITU CEPAT, MOBIL MEMBERI JARAK DALAM LINGKUNGAN KITA SECARA FISIK, DAN RUANG DALAM JARAK INI AKAN DIISI DENGAN JALAN DAN LAHAN PARKIR YANG MENAMPUNG SEMUA MOBIL. JALAN BERASPAL YANG TIDAK RAMAH LINGKUNGAN, KEHIDUPAN MASYARAKAT URBAN YANG SEMRAWUT, DAN MAL-MAL YANG PADA PRAKTEKNYA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DALAM TEKNOLOGI AUTOMOBIL. DAN JUGA, UNTUK ALASAN YANG KOMPLEKS, KECEPATAN MELAMPAUI BATAS TERENDAH YANG MENJADI KETETAPAN SEBENARNYA SEMAKIN MENINGKATKAN MOBILITAS. JUGA, SEKALI JARAK INI TELAH DIMASUKKAN, KAMU MEMBUTUHKAN MOBIL UNTUK MELAKUKAN SEGALA HAL. UNTUK MEMPERLUAS PANDANGAN IVAN ILLICH, "JIKA KAU TINGGAL DI LOS ANGELES KAU TAK PERLU MENGGUNAKAN KAKIMU SUNDAL."

KENDARAI MOBILMU, DAN KITA TAK PERLU BERJALAN KAKI UNTUK MENEMPUH JARAK 40 MIL DALAM SEHARI MELALUI JALUR BEBAS -- BERGERAK CEPAT MELALUI JALAN ASPAL DAN MEMBENTUK KOMUNITAS KITA SECARA FISIK JADI ITULAH SEGALA HAL YANG KITA BUTUHKAN DALAM MENEMPUH JARAK-JARAK TERSEBUT. KITA MENGHEMAT WAKTU DALAM MOBILITAS, KITA MENCURAHKAN SEGALA WAKTU DAN ENERGI YANG KITA TEMPATKAN DI DALAM MOBIL-MOBIL, DAN KITA MEMEROLEH KEMBALI OTONOMI MELALUI KESEMPATAN YANG KITA DAPATKAN UNTUK MENGGUNAKAN KAKI KITA SENDIRI. DAN KITA JUGA MEMILIKI HUBUNGAN YANG LEBIH BAIK DENGAN ORANG LAIN. KARENA MOBIL MENGGERAKKAN KITA UNTUK MENINGGALKAN SEGALA HAL DENGAN BEGITU CEPATNYA, MEMBUAT KITA LEBIH TERTUTUP ANTARA SATU SAMA LAIN, MEREKA MENGISOLASI KITA DARI REALITA YANG BERADA DI SEKITAR KITA, DARI ORANG LAIN DAN ALAM, DAN MEREKA MEMUNGKINKAN KITA UNTUK MENGGANTI HUBUNGAN ERAT DENGAN JARAK YANG SANGAT SINGKAT. TANPA MEREKA KITA TERHUBUNG SECARA LANGSUNG DAN BERKAITAN DENGAN APA YANG ADA DIHADAPAN KITA; KITA MENGENALI TETANGGA-TETANGGA KITA DAN LINGKUNGAN KITA.

SAYA DAPAT MEMBUAT ARGUMEN YANG SAMA BERKAITAN DENGAN KOMPUTER, TELEVISI, SERTA LISTRIK, ATAU BAHKAN BAHASA YANG TELAH TERTULIS. AKAN TETAPI POINNYA DISINI ADALAH TIDAKLAH SEKEDAR/SESEDERHANA SEBAGAI BENTUK PENOLAKAN KESELURUHAN KATEGORI YANG BERKAITAN DENGAN DENGAN TEKNOLOGI, NAMUN LEBIH PADA BAGAIMANA KITA BELAJAR UNTUK MEMANDANG KESATUAN SERTA BERBAGAI MOTIF YANG TERBENTUK DALAM TEKNOLOGI ITU SENDIRI TANPA MEMPERDULIKAN SEGALA HAL YANG BERKAITAN DENGAN PENGGUNAANNYA, DAN TERMASUK PRAKTEK DI DALAMNYA ATAU PUN MENOLAK SEGALA TEKNOLOGI TERSEBUT YANG MENDASARI PEMAHAMAN INI.

DEFENISI UMUM DARI NILAI "GUNA" ITU SENDIRI MERUPAKAN TRIK BAHASA YANG SECARA TIDAK SADAR MEMBATASI APA YANG MASIH DAPAT TERNEGOSIASIKAN. PERLU DICATAT DI SINI BAHWA HAL TERSEBUT TIDAK HANYA BERKAITAN DENGAN PARA KONSUMER SERTA PARA AHLI MESIN, YANG SECARA SAMAR-SAMAR TELAH MEMBERIKAN IJIN UNTUK MENGGUNAKAN APA PUN DENGAN SEGALA CARA. APAKAH AUTOMOBILE ADALAH TEKNOLOGI, ATAUKAH PENGGUNAAN DARI MESIN PEMBAKARANNYA YANG MERUPAKAN TEKNOLOGI? APAKAH TEKNOLOGI PEMBAKARAN SECARA INTERNAL YANG MERUPAKAN TEKNOLOGI ATAUKAH PENGGUNAAN API/PENGAPIANNYA YANG MERUPAKAN TEKNOLOGI?

BEBERAPA MASYARAKAT PURBA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DARI RODA HANYA DALAM PEMBUATAN TEMBIKAR SAJA. AYO MARI BUAT YANG SEPERTI ITU....!! "TIDAK, TIDAK, MOBIL ADALAH TEKNOLOGI, KEGUNAANNYA BERGANTUNG PADA KEMANA SAYA AKAN MEMBAWANYA. ITULAH SATU-SATUNYA HAL YANG KALIAN IJINKAN UNTUK DIPERTANYAKAN."

Jika kalian tetap menginginkan diskusi ini tetap berlanjut, cepat atau lambat kalian akan mendengar sesuatu, misalnya "mobil dapat berfungsi dengan tenaga listrik bukannya dari hasil pembakaran bensin" atau "kita dapat menggunakan solar atau pun tenaga angin dan bukannya nuklir." Kemudian kalian dapat mengatakan bahwa mereka memilih untuk menggunakan satu diantara teknologi lainnya untuk kegunaan yang pada dasarnya sama. Jadi dengan semua ini mereka akan mengetahui segalanya bahwa teknologi tidaklah netral.


5. KITA TAK BISA KEMBALI.
SEPERTI DI ATAS, HAL INI ADALAH MURNI SEBAGAI DOKTRIN AGAMIS--TETAPI YANG SATU INI SANGAT JELAS SANGAT MENIPU DENGAN RUNTUHNYA PERADABAN LAMPAU DI SELURUH DUNIA DARI TIAP ORANG YANG INGIN "KEMBALI", DAN DENGAN KEBERUNTUNGAN ATAU OLEH INDIVIDU-INDIVIDU YANG CUKUP BERUNTUNG ATAU MENDAPAT PENGECUALIAN SEPANJANG SEJARAH YANG DIHEMPASKAN KELUAR OLEH SISTEM DAN MEMILIKI KEDEKATAN DENGAN ALAM. DALAM SATU HAL, BAGAIMANAPUN, HAL INI BENAR: MASYARAKAT YANG EKSPLOITATIF TIDAK BISA KEMBALI LAGI DAN HANYA DAPAT TERUS MENANJAK HINGGA MEREKA HANCUR BERKEPING-KEPING. UNTUK MENGHINDARI BERPIKIR LEBIH JERNIH MENGENAI HAL INI, KITA DAPAT MENGATAKAN PADA DIRI KITA SENDIRI HAL SEBAGAI BERIKUT:

". . . MASYARAKAT MENDEFENISIKAN "ALAMI" UNTUK MENGEKSPRESIKAN DAN MEMERTAHANKAN APA YANG MEREKA SUKAI BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN PEPOHONAN YANG DIGANTI DENGAN POHON-POHON PLASTIK, PADANG RUMPUT BERGANTI MENJADI LAHAN PARKIR, SUNGAI-SUNGAI YANG AIRNYA DAPAT DIMINUM MENJADI SUNGAI-SUNGAI YANG MENGANDUNG DIOXIN. INILAH APA YANG SAAT INI DIMAKSUDKAN YANG "ALAMIAH", DAN APABILA KITA TAK INGIN MATI KARENA KANKER DAN MENJADIKAN BUMI MENJADI GURUN PASIR BERACUN, KITA PUNYA SEBUAH TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMBAHASAKAN KETERPISAHAN YANG ALAMIAH DARI YANG TIDAK ALAMIAH DAN MEMILIH YANG ALAMIAH DALAM ARTIAN YANG SEBENARNYA. . ."


6. Segalanya-atau-masa depan hampa.
Menurut cerita ini hanya ada dua kemungkinan: melanjutkan peradaban indutrial, ataukah mengakhiri secara total kehidupan di dunia. Melanjutkan peradaban secara umum berarti melanjutkan penggunaan mesin untuk mentransformasikan relasi sosial ke dalam pelegalan dominasi dan penghisapan atas diri kita sendiri. Bagi teknopilia ini bisa berarti menambang di planet-planet yang lain, atau realitas virtual yang lebih mendalam, bagi kaum liberal itu berarti memeroleh versi kehidupan kelas menengah keatas yang teridealisasikan dalam negara-negara kaya pada akhir abad 20-an, memperpanjang hal tersebut ke seluruh dunia, dan tetap terdefenisikan melalui pusat kontrol mekanis. Dan sekiranya peradaban kita runtuh -- jangan pernah menoleh! Tak ada apapun di sana, yang ada hanyalah amnesia absolut yang mengerikan di mana kita dapat berbicara hanya mengenai terma apa yang "harus" kita lakukan untuk mencegahnya. Manusia mengekspresikan hal ini dengan berbagai pengumuman-pengumuman menjengkelkan yang justru menyamarkan hal seperti "jika kita tidak mereduksi emisi rumah kaca sebanyak 50% dalam sepuluh tahun, maka hal itu akan sangatlah terlambat."

Terlambat untuk apa suntala'?

Tentu saja realitas adalah reforma yang dianjurkan secara politis adalah sesuatu yang tidak mungkin dan tidaklah cukup, bahwa peradaban kita adalah kereta yang sedang melaju dan akan tak akan pernah melamban hingga ia keluar dari jalurnya, dan masa depan yang ada akan larut dalam daerah terlarang untuk dilihat. Kepunahan dari 95% spesis termasuk manusia bukanlah suatu hal menyeramkan yang tak dapat terpikirkan namun adalah sebuah kemungkinan spesifik yang dapat kita pikir secara teliti. Kemungkinan yang lebih "lunak" adalah skenario perjalanan para pejuang dimana beberapa manusia bertahan di bumi yang tengah sekarat. Kelunakan tersebut masih dapat menjadi desentralisasi secara politis dan penyembuhan ekologi seperti yang mereka sebut dengan jaman "kegelapan" di Eropa setelah kejatuhan Roma. Poin saya adalah, kita mampu menyebarluaskan hal ini! Segala mimpi-mimpi dan aksi yang dapat memengaruhi dunia yang sedang kita cita-citakan, namun selama ini mereka berpikir kita tidak mampu memeliharanya.

Ada suatu masa di mana letupan ini akan menyebabkan kalian berhenti mencoba untuk menyelamatkan keseluruhan apa yang telah kau bangun dan menggantinya dengan menyelamatkan apa yang kau bisa selamatkan. Maksud dari "segalanya-atau-kebohongan hampa adalah untuk membendung perubahan mental ini, untuk menjaga perhatian kita agar tetap terhubung pada salah satu pilihan yang tersedia; Apakah menyelamatkan dunia sebagaimana yang kita ketahui selama ini, ataukah menyerah begitu saja. Bila kita melihat perbedaan dunia secara radikal adalah mungkin dan beberapa di antaranya akan segera terjadi, jika kita mulai mengimajinasikan dan giat membangun persaingan terhadap peradaban industrial, kita harus menyerang sistem "ekonomi" dan terlebih lagi menyakiti perasaan orang-orang yang telah menginvestasikan ego-ego mereka dalam kultur dominan saat ini. Cara lain mereka dalam melindungi egonya adalah dengan menciptakan kebohongan berikutnya:

7. Peradaban hanya terjadi sekali saja.
Ide-ide khas ini memiliki kesamaan dengan ide-ide di atas, tetapi kekurangan tersebut yang terjadi bukanlah sesuatu yang lain dari sistem yang diperadabkan, tetapi merupakan peradaban yang lain. dan versi anti-peradaban mengatakan bahwa jika kita mampu menjatuhkan peradaban saat ini, maka hal-hal buruk ini takkan pernah terjadi lagi. Saya sama sekali tidak tahu dari manakah orang-orang memperoleh ide-ide semacam itu, sekalipun mereka mengetahui sesuatu yang tidak saya tahu mengenai era baru transformasi dari kesadaran manusia. Pelajaran yang keras dari sejarah adalah bahwa setiap bagian dari peradaban sedang mengalami kejatuhan dan bersamaan dengan itu peradaban secara luas tetap saja mengeluarkan letupan-letupan kecil.

Saya mendefenisikan peradaban secara umum sebagai persekutuan antara kesadaran yang mendominasi dan eksploitasi yang memungkinkan secara teknis, menciptakan masyarakat yang secara sistemik mengambil lebih dari apa sepantasnya. Ya... minyak saat ini telah makin menyusut, akan tetapi peradaban sebelumnya telah mengalami jatuh-bangun ribuan tahun yang lampau tanpa minyak, dan saya melihat tak ada alasan sama sekali bagi mereka untuk melakukannya lagi. Pola umum tetap dapat berfungsi dengan baik, jika perlu, hanya bergantung kekuatan otot dari para budak dan hewan yang telah terdomestikasi. Dan ketika kalian bergantung pada segala logam serta peralatan berat yang senantiasa berbohong, dan kebiasaan yang masih terpelihara hingga kini, serta segala pengetahuan teknis yang masih`tetap terpelihara, semua hal tersebut sangat meyakinkan kita bahwa kita akan dilingkupi oleh peradaban-untuk bermain atau pun menentang-hingga kita menuju pada kemusnahan atau berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda dari sebelumnya ana' sundala...........................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

_Green Anarchy
Issue #21
Fall/Winter 2005-06

Diterjemahkan oleh: Tinja Bersayap

Selasa, 14 Juli 2009

Tuhan Telah Mati

Saat sebuah dialog mengarah pada kebenaran sebagai sebuah nilai yang kita butuhkan,
maka kita juga harus memberi nilai pada kebenaran
Kebenaran adalah menjadi benar bagi sebuah nilai dan menghubungkan hidup seseorang dengan hidup orang lainnya

Kita telah membunuh Tuhan...
Adalah bagaimana kita menggunakan simbol-simbol religius yang sebenarnya tak kita yakini lagi
Dan saat kita tak yakin lagi pada simbol yang kita gunakan, simbol tersebut akan kehilangan arti dan kehilangan makna
Simbol tersebut menjadi sesuatu yang superfisial
Saat makna dari simbol tersebut mati, maka mati pulalah Tuhan besertanya
Tuhan menjadi sebuah simbol yang kita gunakan bagi alasan-alasan sosial ataupun politis, bukannya untuk tujuan-tujuan religius
Tuhan menjadi sebuah alat bagi yang berkuasa atau mengejar kekuasaan
Tuhan menjadi terinstitusikan
Ia menjadi sebuah lembaga agama, bukan keyakinan itu sendiri

Tanpa Tuhan, manusia akan kehilangan dukungan atas nilai-nilai absolut dan kebenaran abadi
Seluruh pandangan yang mempromosikan nilai-nilai tersebut selalu berdasarkan kepada eksistensi Tuhan

Kematian Tuhan adalah sesuatu yang menampilkan pertanyaan nihilistik bagi manusia modern
" Jika Tuhan mati, maka segalanya diijinkan atau dengan formulasi berbeda: Kalau Tuhan mati, maka tak ada yang dilarang "